Saya atau kamu-kah Pemuda Yang Pantas Mendapatkan "152 Juta" Tersebut? Sebuah Refleksi

Judul kalimat diatas memiliki sebuah angka nominal yang jumlahnya tidak biasa. Ya, 152 juta jikalau kita pandang secara pendek, hal tersebut bisa digunakan untuk menyelesaikan 4 tahun (bahkan bisa lebih) masa kuliah S1 di Indonesia. Atau berbicara masalah lebih materialistik, sebuah mobil keluaran terbaru dengan spesifikasi yang sedang-sedang namun cukup nyaman untuk mengelilingi kota juga bisa didapatkan. Apa lagi? Sebuah apartemen tipe medium yang cukup untuk dua orang juga tak luput untuk bisa didapatkan dengan nominal tersebut.

Nah, bisa dibayangkan jika semua hal diatas (biaya kuliah, mobil, atau apartment) itu kini harus hilang dari daftar keinginan karena uang tersebut kini secara resmi diberikan kepada satu orang pemuda ASEAN, habis dalam waktu 5 minggu, dan bahkan tidak tahu apa yang akan pemuda tersebut hasilkan dari investasi besar-besaran tersebut untuk seorang anak kost yang bahkan kuliah S1-nya saja belum lulus dibandingkan dengan kebanyakan pemuda-pemudi sepantaran lainnya.

Huhu, sedih banget gak sih, kalau kalian punya uang 152 juta tapi diberikan kepada pemuda macam saya gitu. Yang hidupnya kadang gak jelas, kerjaannya cuma 'jalan-jalan', belum ada gelar tapi udah kabanyakan gaya. Ya maafin hamba lemah ini lah ya. Eh, tapi kalo masih yang menyangka hal tersebut adalah sebuah hal yang bercanda, hey. No is not. Its real and happened to me, to 23 others Indonesian people who received YSEALI Scholarship Academic. Oalah, ini tentang YSEALI lagi?

Ini menuju hari ketiga saya di Arizona, dan tidak sama sekali saya menyangka saya bisa menginjakan kaki di Negara yang jauhnya ribuan kilo dari Kota Jogja.  Namun, terlepas dari itu, sejujurnya, ada hal yang jauh lebih menarik untuk saya bahas pada tulisan ini. Ya, tentang segepok uang yang kita dapatkan dalam bentuk program maupun cash yang diterima oleh masing-masing pemuda di ASEAN yang mengikuti YSEALI program disetiap tahunnya. Setiap tahun plus ada 2 kali keberangkatan yang disetiap keberangkatan ada 2 kelompok (academic dan professional).

C: Cuy, kita dapet total 152 juta, parah banget gak sih?
Dias: Ya, parah sih itu. Buat di investasikan kepada anak-anak muda kayak kita, worth gak sih?

Selalu disetiap akhir percakapan, pasti terselip sebuah pertanyaan

"Kita Worth Kah?"

Well, pertanyaannya adalah depends on yourself. Sebuah percakapan yang saya tangkap dari percakapan dengan Mr. Donovan (US Embassy Representative for Indonesia) dimana pada salah satu percakapan

"Well, i wanna say two things. The first, is that very okay if your project that you bring to US will not what you expected. Second, you still have a chance in others agenda outside of YSEALI Program"

Nah, kira-kira dari apa yang saya tangkap secara lebih luas dari sekedar baris kalimat yang saya kutip adalah, actually they invest to more likely in people instead of project. People disini saya narasikan sebagai pemuda. Pemuda seperti yang sering dikatakan sebagai Agent of Change. Dimana hal tersebut tertuang dalam sebuah slogan YSEALI yang kita sering dengar

Never Too Young To Lead


Well, lantas bagaimana dengan project yang dibawa? Menuliskan bahwasanya project adalah sebuah awalan yang semacam menjadi persyaratan utama untuk mendaftar. Well, menurut saya, kita memasuki pada masa post-modernism yang masuk pada dunia 'abu-abu' ketika awalnya kita terjebak pada paradigma 'hitam dan putih'. Apa hubungannya dengan project dalam YSEALI. Well, its an indirect explanation that, di YSEALI itu ada 3 pilihan topik yang kita pilih (Environment, Social Economic and Entrepreneurship Development, and Civic Engagement) dan dalam hemat saya, serta dalam sedalam saya berada di dalam kegiatan ini, ketiga hal tersebut merupakan sebuah hal yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Ada irisan-irisan diantara ketiganya. Sebuah contoh dimana ada teman saya dia masuk ke dalam kategori Civic Engagement, membuat sebuah komunitas baca, yang dimana di dalam komunitas tersebut ada sebuah business model sociopreneur yang kental sebagai pemutar uang keberlangsungan program. Atau beda cerita dengan project yang dibawa oleh salah satu teman yang masuk ke dalam Social Entrepreneurship, namun fokus utamanya adalah melakukan penghijauan di sebuah rular area yang menjadi tandus dengan buah yang dijadikan hasil produksi untuk dijual sebagai bahan untuk membeli sebuah bibit. Atau yang terakhir, seorang yang masuk di dalam project Environment, namun yang dilakukannya adalah membuat sebuah komunitas lingkungan dengan engagement yang kuat dengan para anak muda sebagai subject dari perubahan.

Well, doest it makes a reasonable reason bahwa project yang dibawa dan tersedia sebenarnya sangat-sangat berkaitan satu sama lainnya? Jadi, bagaimana hasil dari tulisan ini? Tulisan ini menekankan pada bagaimana, dalam program YSEALI serta program-program lainnya, para stakeholder yang menyelenggarakan acara lebih memfokuskan untuk

Investing On People 

Anak muda adalah sebuah harapan tentang bagaimana sebuah bangsa bisa menggantungkan masa depannya dengan sebuah keyakinan. Untuk melakukan hal tersebut, butuh banyak sekali cara dan hal-hal yang perlu di investasikan dalam membentuk pemuda-pemudi tersebut sebelum akhirnya mereka siap untuk menjadi seorang pemimpin di masa depan. Walaupun bayarannya adalah harus ditebus dengan 'Seratus Lima Puluh Dua Juta Rupiah" dikali 120 orang disetiap tahunnya.


So, are you the ones that good enough to be invested for the future?



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Glints Scholarship, Keajaiban di Tahun Terakhir Kuliah

Pengangguran Sarjana Tinggi di Indonesia, karena Efek Binari?

Glints's Question & Answer