Kado Terindah Dari Tuhan Untuk Ulang Tahunku, Hadianya "Amerika"
24 Maret 2018. itu adalah Hari pertama saya menginjakan kaki saya di
tanah yang letaknya menghabiskan waktu terbang kurang lebih 28 jam. Perjalanan
dari Jakarta ke Narita, Narita ke Denver, hingga akhirnya sampai di tujuan
akhir, Phoenix. Badan mental semua lelah setelah duduk terlalu lama di ruang
duduk pesawat. Berkomunikasi hanya dilakukan ketika sampai pada sebuah tempat
transit atau seperti sekarang yang telah sampai pada peristirahatan, Hotel
Graduate, Arizona. Hobi saya yang selalu melakukan update terkait kegiatan yang
saya lakukan, terutama saat moment-moment YSEALI seperti sekarang ini adalah
hal yang tidak bisa saya lewatkan begitu saja. Maklum, orang macam saya yang
bisa keluar negeri kalau ada yang bayarin, kesempatan ini adalah kesempatan
langka, jadi maafkan saya.
Mulai dari pemberhentian di Narita, Denver, hingga Phoenix,
ada sesuatu pesan yang muncul di DM IG saya yang mana pesannya menunjukan hal
yang sama,
“Doakan aku biar bisa lolos YSEALI ya tahun ini”
atau narasinya
sedikit diganti jadi Tahun depan. Saya bilang
“Iya, aamiin. Semoga sukses”
Saya selalu ingat karena dahulu, ketika tahun 2015 – 2017 awal, hal itu juga
yang selalu saya lakukan ketika saya melihat ada seseorang yang pergi berangkat
ke Amerika untuk keperluan YSEALI. Dalam hati, sungguh bahagia bisa mengunjungi
Negara semacam Amerika Serikat, untuk jangka waktu yang bisa dibilang tidak
singkat. 5 minggu.
“Ah, tapi itukan enaknya aja”.
Mau dong diceritain gimana
akhirnya saya bisa sampai di Amerika ini, tanya salah satu teman di instagram
saya. Well, bagi saya tidak ada yang tidak mungkin bagi seorang pemimpi yang
mengimplementasikan mimpinya ketika bangun dari tidur. Saya tekankan lagi,
Kepada mereka yang mengerjakan mimpinya dan memilih untuk terbangun dari tidurnya. Tidak ada
juga kata beruntung. Yang ada tentang perjuangan tanpa kenal lelah dan mau
belajar dari kesalahan.
Saya dibandingkan dengan delegasi-delegasi lainnya, bahkan pada
cohort sebelum tahun ini, mungkin saya punya cerita tersendiri tentang bisa
berangkat ke Negeri Paman Sam. Letaknya ada pada 7 kali percobaan yang saya
lemparkan ke pihak penyelenggara, hingga pada kesempatan ke-7 kali ini-lah,
Tuhan menghendaki saya untuk berangkat. Maha Besar Allah dengan segala Nikmat
yang berikan. Ketika yang lainnya pada percobaan ke-3, atau ke-2, dan bahkan
yang pertama langsung tembus, saya tidak pernah merasa iri apalagi memandang
Tuhan jahat dengan apa yang beliau berikan kepada hambanya.
Setiap orang sudah punya rezeki mereka masing-masing.
Takarannya sudah sesuai. Kalau kita kontekskan pada hal yang lebih praktikal,
mungkin effort yang dikeluarkan antara satu individu dengan lainnya berbeda.
Dalam benak saya, mereka yang baru pertama kali namun langsung keterima adalah
sebuah peristiwa Gunung Es yang kita tidak pernah tahu betapa siapnya orang tersebut
menghadapi YSEALI. Beda dengan saya yang terus belajar dan kadang terlihat
sungguh namun kurang optimal. Hingga barulah Tuhan merasa percobaan yang ke-7
saya adalah saat yang tepat untuk beberapa pekan hijrah ke Amerika.
Pernah suatu saat saya bertanya kepada pihak US Embassy di
Jakarta tentang kriteria apa yang mereka lihat dan cari untuk bisa lolos ke
Amerika dan membawa nama Indonesia, jawabannya adalah, rahasia. Tidak akan
pernah ada yang mengetahui tentang hal itu. Banyak yang bilang harus buat project
yang bagus dulu, hingga lebih mempermudah jalan, toh banyak contoh teman
terdekat saya yang bahkan projectnya sudah pada tahapan ASEAN, Tuhan belum
mengizinkan berangkat. Ada loh, yang projectnya masih bisa dibilang baru
berjalan, dia bingung kenapa bisa lolos. Atau mungkin ada yang bilang kalau
punya koneksi dengan pihak US Embassy akan lebih mudah terpilih, in fact,
sangat jarang ada seseorang yang sebelumnya berkenalan dengan pihak US Embassy
dan tetap lolos. Bahkan, menurut saya, YSEALI adalah pemilihan yang paling
objektif. Lantas bagaimana?
Jawabannya adalah tetap ber-ikhtiar sambil berdoa kepada
Tuhan. Ini terlihat klise, namun sebagai hambanya, yang bisa saya lakukan saat
proses apply pertama hingga ketujuh kalinya baru keterima adalah berdoa sembari
terus memperbaiki diri. Jangan lantas ketika saya bilang kalau project yang
besar dan sustain tidak mencerminkan akan lolos seleksi, maka hal tersebut
telah dipatahkan oleh Mas Panji Azis dengan ISBANBAN Foundation atau Mbak
Ranitya Nurlita dengan ASEAN Reusable Bag-nya. Toh menurut saya, kalau
teman-teman memang benar-benar niat tulus untuk developing project pada isu-isu
sosial, tidak ada salahnya melakukan project development tersebut, tanpa atau adanya
YSEALI. Anggap saja ini sebagai bonus. Jangan dijadikan tujuan akhir, buat
project hanya untuk bisa lolos YSEALI. Its 100% wrong and you can debate with
me regarding that condition.
Seperti kata pepatah, if its meant to be it will be. 7
kali saya percobaan, gagal 6 kali, yang saya dapatkan hanyalah kebersyukuran
untuk mengatakan kepada diri
“Dias, your failure means you need to encourage more both your personal & project”
Cuma itu, tidak lebih. Sedih wajar,
namun tidak perlu disesalkan seakan hanya terjadi satu kali dalam hidup.
Setahun YSEALI membuka kloter 2 kali, masih banyak sekali kesempatan terbuka
lebar untuk bisa menjadi bagian dari YSEALI Alumni. Oiya sedikit cerita diakhir, Tuhan itu baik banget memberikan kesempatan saya berangkat ke US-nya saat percobaan ke-7, jadi hari pertama saya program dimulai, adalah hari pertama juga kehidupan saya yang ber-ulang-ulang dimulai. Terimakasih Tuhan atas kado ulang tahun terindahnya
Komentar
Posting Komentar