Perjalanan Glints Scholarship, Keajaiban di Tahun Terakhir Kuliah


Assalamualaikum, Om Swastiastu Namo Buddhaya. 
Semoga Salam saya merepresentasikan semua teman-teman pembaca tulisan ini.

Selamat menjalankan puasa ya, kamu. Siang ini terasa panas. Kamu ngerasain nggak sih? Aku punya sesuatu yang dingin-dingin nih. Bukan minuman tapi. Nggak mau juga dibilang wejangan. Lebih mirip kepada sharing yang ingin aku ceritakan kepada teman-teman semua terkait perjalananku mendapatkan Beasiswa Glints di tahun terakhir kuliah.

BTW, sebenarnya, aku tahu Beasiswa Glints semenjak tahun 2016. Cuma saat itu, kuku jari tanganku sakit. Bukan karena capek ngetik aplikasi buat beasiswa, tapi lebih kepada harus menggigit kuku jari tangan setelah mengetahui Beasiswa Glints hanya ditujukan kepada khusus mahasiswa UI dan ITB. Duh, kampus saya belum dapet jatah saat itu. Yasudah, nggakpapa, mungkin memang belum berjodoh. Belum loh ya, bukan tidak. Sembari berharap tahun depan Beasiswa Glints dibuka kemlagi, dengan besar harap list daftar universitasnya diperbanyak. Siapa tahu UGM sudah bisa masuk kedalam satu dari kampus yang masuk dalam persyaratan pendaftaran Beasiswa Glints.





Dimulai dari percakapan santai di kereta menuju Yogyakarta, badan masih lelah setelah menghabiskan 3 hari melakukan aktivitas outdoor di daerah Bogor, Jawa Barat. Perjalanan pulang dari Jakarta menuju Jogja dihiasi obrolan ringan seputar dunia kuliah. Mulai dari akademik sampai ngalor ngidul diulas menjadi topik obrolan. Tepat 2 jam sebelum kereta sampai di Stasiun Lempuyangan - Yogyakarta, teman saya bertanya sebuah pertanyaan. Cukup singkat dan jelas

"Ias, kamu daftar Beasiswa Glints?
Saya membalas dengan jawaban agak kurang interest
"Emang buka untuk diluar kampus selain UI dan ITB?"
Teman saya memberi respon
"Iya, sekarang sudah buka buat semua". 

Saya terdiam sembari berpikir-pikir apakah memang ini kesempatan saya untuk setidaknya mencoba peruntungan Beasiswa Glints. Sampai di kost, setelah istirahat, saya langsung membuka laptop untuk mendaftarkan diri pada Beasiswa Glints. Saya langsung membuka situs terkait dan melakukan sign up account. Hal tersebut dikarenakan saya belum pernah menggunakan Glints sebelumnya.

Saya tidak mengira bahwa screening CV pada sesi pertama itu sama dengan mengisi sebuah form online tanpa harus melakukan submission. Saya yang mengira semuanya akan membutuhkan template form untuk di-download dan dikirim ulang kepada pihak panitia ataupun mengisi sebuah isian Google form terpatahkan sudah. Beasiswa Glints membuat saya berpikir bahwa apa yang dilakukan Glints adalah cara kreatif dengan membuat sebuah tujuan jangka panjang yang benefits sebagai bagian dari proses user acqusition.

Semisal, saya tidak diterima Beasiswa Glints, pikir positif saya, in the end of the day, akan tetep dapat kesempatan untuk mengakses informasi pekerjaan/magang yang sesuai dengan passion/karir kita. Not bad after all. Mulai dari isian yang sifatnya umum (nama, dll) hingga mengisi hal details seperti (pengalaman organisasi, volunteer, prestasi, dll). Saya punya sebuah pesan, form isian tersebut sifatnya unlimited, jadi yang saya lakukan adalah menuliskan semua hal yang berhubungan dengan hal tersebut di dalam form yang saya miliki di laman Glints.

Capek, bisa dibilang iya. Namun untungnya saya pernah memiliki sebuah backup yang cukup lengkap di dokumen word yang membuat ctrl c-v bermain secara lihainya. Kira-kira 30 menit, semua hal yang dibutuhkan pada form. Melakukan review kemudian saya putuskan untuk submit. Terlepas pada hasilnya apa, yang penting sudah di submit, hehe.


Kagetnya Saya Melihat Pengumuman Pertama




Wew, saya lolos tahapan pertama. Saya langsung membuka link yang ada di body email. Saya lebihnya lupa tentang apa yang saya isi secara detail, namun yang pasti untuk tahapan kedua ini, baru difokuskan kepada passion apa yang temen-temen miliki dalam menjalani hidup. Saran saya, answer it honestly. Buat temen-temen yang suka takut-takut untuk memberitahukan kalau temen-temen sudah punya beasiswa lainnya, just answer it honestly. Saya juga saat itu sedang dalam mendapatkan beasiswa dari BAKTINUSA. 


Makin Kaget Mendapatkan Pengumuman Kedua



Saya berasa sedang melakukan Marathon. Baru tadi malam jam 10 saya kerjakan isian form pertama, besok harinya jam 10 pagi, udah ada isian form baru yang sudah menunggu di depan mata. Selain dari pada itu, saya juga sebenernya gak sengaja menemukan form ini disebuah 'spam'. Bisa dibayangin dengan konsep yang marathon, dan saya gak ngecek 'spam', maka saya dipastikan tidak menjadi penerima Beasiswa Glints Batch 1. Balik kepada form isian fase tahap kedua,  disini lebih kepada melihat dirimu yang lebih professional dan personal. Bagaimana dirimu berada di lingkungan kerja, pendidikan, dll akan digali. Disini juga saya menceritakan tentang diri saya yang sekarang sedang menjalankan dua inisitiatif (Startup & Forum) yang saya dirikan sejak 2017. Dimana yang pertama pada ranah pekerjaan, saya mendirikan Designfordream.id (www.designfordream.id) serta pada ranah volunteer/organisasi, saya bersama 9 orang lainnya mendirikan Indonesian Youth Action (www.youthact.or.id). Hal tersebut saya jelaskan secara gamblang, dan mungkin hal itu juga yang mengantarkan pada sebuah fase terakhir seperti dibawah ini. 



Hopefully It Would Be The Last Phase



Perkiraan saya benar-benar terjadi. Marathon Beasiswa Glints ini belum benar-benar selesai haha. Dan ini adalah tahapan terakhir, jadi saya benar-benar mantengin laptop dengan seksama buat menanti pertanyaan. Kali ini cuma ada satu pertanyaan, tapi pertanyaan ini bener-bener sulit buat dijawab. Kira-kira pertanyaannya seperti ini 

"Mengapa Pengangguran Sarjana di Indonesia Masih Terus Bertambah?"


Jawaban dari pertanyaan tersebut sudah saya jelaskan secara gamblang di https://irvandiassanjaya.blogspot.com/2018/02/pengangguran-sarjana-tinggi-di.html dimana jawaban saya bisa dibilang tidak seperti yang lain (walaupun saya gak tahu yang lain itu kayak gimana). Tapi saya mencoba untuk memberikan persepsi yang berbeda dari kebanyakan orang. Ini kebetulan banget, sama seperti yang email 'spam' kemaren, jadi teman saya sehari sebelumnya share sebuah foto artikel tentang Binary Effect. Nah, yaudah deh akhirnya saya coba menggunakan framework tersebut sebagai jawaban saya terkait pertanyaan yang diajukan oleh Glints. 

Saya yakin ini tahapan terakhir, dan pokoknya saya doing the best tanpa tahu nanti hasilnya seperti apa. Yaudah submit, terus saya tinggal laptop


Hingga Pada Suatu Ketika



Pecah, saya keterima jadi awardee Beasiswa Glints, dan bedanya sama batch tahun 2016, saya hanya satu orang yang keterima pada Beasiswa Glints. Tahapan berikutnya adalah publikasi dan penyerahan  benefits yang Glints berikana kepada saya.

Buat teman-teman yang ingin mendaftarkan Beasiswa Glints, langsung yuk di daftarin dirinya. 





Komentar

  1. Semoga saya juga bisa mendapatkan beasiswa Glint 😂

    BalasHapus
  2. Beasiswanya buka setiap bulan apa kak ?

    BalasHapus
  3. kak saya mencoba mendaftar tapi diawal ada tulisan menyertakan resume. nah saya ndak paham maksudnya resume seperti apa apakah ada tema nya apakah seperti essai apakah ada formatnya saya kurang paham

    mohon bantuannya kak untuk menjawab pertanyaan saya
    terima kasih

    BalasHapus
  4. Kak ajarin dong cara pendaftar, soalnya msh bingung

    BalasHapus
  5. Beberapa hari yang lalu, kaka saya menyarankan saya mengajukan aplikasi beasiswa ini. Saya oke-oke saja dong karena saya juga memang lagi butuh duit buat bayar kuliah saya.

    Setelah baca kisah ini, saya jadi membatin, "Anjir. Ya kalo yang dapet orang kayak gini pantes, lah. Yang dapet beasiswa cuma satu orang pula."

    Saya jadi minder. Tapi bodoamat, lah. Tetep aja saya coba apply. Wkwkwk.

    Terima kasih ceritanya. Sangat bermanfaat bagi saya yang baru coba mau mengajukan.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengangguran Sarjana Tinggi di Indonesia, karena Efek Binari?

Glints's Question & Answer